Dia yang Setia Menunggu

Saya merupakan anak muda yang senang sekali bersilaturahim, menyambung tali kekeluargaan. Alhamdulillah ada dua orang yang datang ke kantor kami di Ungaran. Mereka meembawa proposal tentang potensi desa mereka meski nama desanya masih asing di telinga.

Saya teus terang berminat membantu, setelah membaca company profile potensi desa mereka secara baik maka saya berkesimpulan bahwa para pemuda desa tadi mengajarkan kepada saya bahwa memperjuangkan potensi tanah kelahiran demi kebanggaan masyarakat adalah kebahagiaan. Desa Gedangan dengan potensi sungai irigasi dari mata air yang tidak pernah berhenti mengalir meski musim kemarau merupakan berkah bagi penduduknya.

Terletak di kawasan hutan PSDA provinsi jawa tengah menjadikan keberadaannya dilindungi dari kepemilikan perorangan dan dimanfaatkan bagi kemakmuran masyarakat desa. Ini pula yang mendorong saya melakukan survei dan social mapping terhadap potensi desa gedangan yang menurut penilaian awal saya karena keasrian daerahnya, kerapian tata letak rumah warganya dan daya dukung akses strategis secara posisi dari tiga kabupaten kota (kabupaten semarang, kota salatiga dan kabupaten magelang) menjadi daya tarik tersendiri bagi terpenuhinya sapta pesona sebagai prasyarat desa wisata.

Desa gedangan terutama dusun karangnangka memiliki historis tersendiri, nama buah-buahan baik nangka dan gedang (pisang) menjadikan ikon asli daerah tersebut bahwa dulunya di kawasan tersebut pernah banyak tumbuh.

Namun berjalannya waktu, berganti dengan tanaman duku, durian dan rambutan. Kembali pada fungsi sungai kali ngodo di dusun karangnangka, desa gedangan oleh para pemuda didesain sebagai kawasan wisata. Alhamdulilah saya bisa ikut membantu advokasinya kepada aparatur desa guna mendapatkan prioritas dana desa. Setelah mendengar lebih dalam tentang permasalahan yang terjadi baik konflik sosial dengan kepala desa setempat (padahal posisi rumah kepala desa ada di dusun karangnangka), keterbatasan sumber daya, ancaman pembelian lahan dari pengusaha, rayuan pihak ketiga dalam pengeolaan aset wisata dan belum bersatunya suara masyarakat tentang potensi emas desa tersebut menyebabkan perlu adanya kebertahapan dalam membangun konsep desa wisata sesuai dengan kearifan lokal masyarakat tersebut. Kali ngodo yang difungsikan untuk irigasi, air minum alami dan sebagian sisanya dibuang mengalir ke rawa pening menantang para pemuda untuk mengelolanya menjadi objek tujuan wisata sekaligus untuk menjaga kelestarian alam sungai dan flora faunanya.

Airnya yang jernih dan segar, mengalir sepanjang waktu membuat berkah bagi masyarakat kecamatan Tuntang. Saya bersama beberapa teman menguji adrenalin kami menyusuri jalur sungai yang relatif aman diantara kedalaman sungai  50 cm hingga 100 m dengan jarak tempuh hingga 3 km. Ada banyak hal yang kami pelajari di wisata tubbing (susur sungai dengan naik ban bekas), kami tertawa dan tersenyum jika ada kewajiban lucu terjadi diantara kami.

Kami bersyukur atas keindahan alam yang telah Alloh SWT anugerahkan kepada desa ini, semuanya mengantarkan kepada kami akan kesadaran pentingnya kelestarian alam bagi semua makhluk hidup. Selesai kami bertubbing ria, maka kami diangkut dengan mobil pick up menyusuri jalan-jalan desa yang kanan kirinya rumah warga. Saya menyebutnya jalan sutera, warga bisa memanfaatkan kunjungan wisatawan domestik dan luar negeri (pernah ada turis Jerman nyasar kemari) untuk menikmati sajian kuliner asli desa yang ternyata setelah kami nikmati, enak banget (didorong rasa kelaparan dan lelah).

Sambil menikmati udara desa di home stay, dan ditemani cemilan enak dan kopi pahit membuat nikmat hidup ini jangan lupa dikenang. Saya mendata ada cukup banyak usaha ekonomi masyarakat yang hidup dan bertahan di desa mulai industri makanan daerah, industri camilan, industri tusuk sate dari bambu dan industri rumah tangga yang lain. Desa wisata gedangan seakan menungguku untuk arahan berikutnya, semoga engkau selalu bersabar ya sayang. Ada beberapa tugas pribadi kanda yang harus kanda selesaikan, dan janjiku akan datang kembali untukmu.

Mari Mbangun Ndeso, Noto Kutho.
Cinta kedua, cinta yang kuat di Kampung Wisata Bisnis dengan Jalur Sutera Ekonomi Gedangan
Pada tulisan jilid pertama,  saya mengulas tentang awal mula terwujudnya embrio kampung wisata di Gedangan.

Antusias pemuda di dusun Karangnangka, sebuah dusun di desa Gedangan mampu menggetarkan semangat pemuda se desa Gedangan. Ini memberikan pelajaran bagi kita semua bahwa perubahan itu butuh pelopor atau inovator yang akan menyuplai sumber energi dan menjadi bahan bakar untuk menggerakkan sistem kerja perubahan sosial.

Inilah prinsip socioentrepreneurship yang akan ditanam dalam tubuh civil society yang akan berakar dan bertumbuh hingga berbuah yaitu perubahan positif. Masyarakat sebagai subjek perubahan bagai konsep gir roda bisa menggerakkan roda yang lebih besar demi mewujudkan pergerakan menuju harapan hidup bersama.

Dusun Karangnangka patut berbangga memiliki para pemuda yang agresif dalam semangat mengubah energi potensial kemajuan desanya menjadi energi kinetik gerakan membangun desa. Saya mendeskripsikan motivasi tim pemuda dusun Karangnangka dalam menggerakkan motivasi pemuda dari dusun lain di desa Gedangan guna mewujudkan mimpi menjadi Desa Wisata demi kebanggaan tanah kelahiran, mengembangkan potensi alam dan sosial, menguatkan sektor ekonomi kerakyatan, dan mengenalkan kearifan lokal ke dunia global. Sungguh ini patut kita apresiasi.

Di kala anak muda justru bangga dengan merantau mencari pekerjaan, mencapai kesuksesan pribadi, kurang peduli dengan orang lain, kurangnya kebanggaan dengan profesi orang tuanya yang bertani, berkebun, nelayan, berternak dan segala aktivitas produktif yang berkaitan mengelola potensi alam sekitar hingga melahirkan pundi-pundi rupiah.

Jika sudah tiada ada lagi kebanggaan terhadap profesi pertanian dari anak muda di desa maka cara pandang terhadap aset tanah warisan orang tua adalah barang berharga yang dapat dijadikan jaminan kehidupan bukan barang pengembang potensi kehidupan. Ini adalah permasalahan mindset atau cara berpikir menurut saya yang sudah waktunya diganti dengan cara berpikir lebih revolutif.

Tanah bagi masyarakat desa adalah aset kekayaan yang berharga. Di atas tanah, mereka menikmati air dan udara yang ada di desa, di atas tanah mereka nikmati hasil panen dan dijual untuk biaya hidup, dan di atas tanah tempat mereka tinggal, bersosialisasi dan beranak pinak.

Socioentrepreneurship memberikan arah atau cara pandang berpikir sebagai seorang perekayasa sosial, membuat blue print, membuat road map, lahirkan berbagai solusi alternatif maupun skala prioritas dan keberanian berinisiatif serta kerja tim.

Tidak mudah bagi mereka untuk bertahan dalam idealisme anak muda yang antimenstrem tersebut. Kegigihan tekad mereka yang akhirnya meluluhkan hati birokrat desa untuk membantu program Kampung Wisata Bisnis Jalur Sutera Ekonomi Gedangan dengan menyalurkan program tersebut di prioritas BUMDes 2019.

Bersamaan dengan itu pula, saya berinisiatif untuk mendekatkan program tersebut kepada lembaga keuangan guna kerjasama kelola dana CSR perusahaan dan menyambungkan dengan program pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas.

Socioentrepreneurship (sospren) menjaga asa menjadi nyata, menguatkan yang lemah tuk saling bergandengan tangan, membuat lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan dan cakap mengelola peluang.

Program BUMDes fokus pada kelola infrastruktur, membangun akses jalan masuk dari dusun ke lokasi ekowisata, sungai Odo. Bersumber pada mata air dari sungai bawah tanah yang hampir tak pernah kering. Jika kami lakukan social mapping pada potensi sungai dan mata pencaharian masyarakat dengan pendekatan optimis analitik (istilah saya sendiri) yakni berusaha melakukan prediksi (melihat masa depan dari masa kini) maka sungai Odo sebagai sungai kontributor atau hulu Rawa Pening memiliki posisi strategis dalam pengembangan mata pencaharian masyarakatnya.

Para pemuda di Gedangan  yang paling berkewajiban menjaga kualitas hulu sungai hingga mengalirkan debit sungai sampai jauh. Pendekatan ini akan menarik upaya konservasi alam berupa reboisasi di hulu sungai, reboisasi sepanjang daerah aliran sungai, menguatkan rasa kepemilikan bersama aset sungai sebagai sumber kehidupan lintas generasi, menjaga kelestarian hayati dan nonhayati, sebagai media pembelajaran keilmuan ekologi dan hidrologi, serta media hiburan dan rekreasi bahkan olahraga.

Konsep Kampung Wisata Bisnis Sutera Ekonomi dibangun oleh dua pilar utama yaitu pilar pemanfaatan sungai Odo sebagai media olahraga dan rekreasi keluarga serta pilar bangun bina usaha komunitas. Hubungan antara kedua pilar diharapkan adalah tidak saling berhubungan namun saling menguntungkan.

Sungai Odo sebagaimana sungai pada umumnya mengalami pasang dan surut pada volume dan debit airnya. Tentu bina usaha komunitas tetap survival-sukses-signifikan dalam bertumbuh mengantar pada penguatan sendi ekonomi desa.

Kondisi Sungai Odo relatif aman bagi olahraga tubbing (susur sungai dengan naik ban dalam truk) menempuh jarak beberapa kilo sambil menikmati pemandangan daerah aliran sungai, menantang beberapa spot/titik sungai yang agak memberi kejutan, menikmati perjalanan balik dengan naik mobil bak terbuka memberi kesempatan tuk nikmati alam desa dan terakhir menikmati kuliner ndeso.

Fun Tubbing tetap memperhatikan keamanan dan keselamatan serta berjarak tempuh aman hingga 2 km diharapkan akan ditambahkan panjang jarak tempuhnya hingga 9 km mencapai rawa pening.

Namun ini masih proyek jangka menengah yakni lima tahunan dengan tantangan relatif tidak kecil. Guna mencapai target tersebut akan lebih baiknya memberikan nilai tambah pada aktivitas Tubbing dengan input aspek pembelajaran alam (ekologi dan hidrologi) dan konservasi sungai sebagai aset kehidupan.

Bina usaha komunitas dibentuk sebagai aktivitas populasi bisnis yang tidak berhubungan langsung dengan objek sungai Odo namun bisa saling menguntungkan sebagai penyempurna bangunan sospren di kawasan tersebut. Revitalisasi kepada usaha masyarakat secara sistemik yaitu mendata, mendiagnosa prospek usaha, memperluas jaringan pemasaran, meningkatkan strategi promosi, membantu aspek permodalan, membangun kerjasama bisnis berbasis komunitas dan kearifan lokal, dan merawat alam sekitar.

Masyarakat diharapkan dapat melewati tahapan tumbuh usaha yaitu survive – sukses – signifikan. Tahap survival, bisnisnya dapat bermanfaat ekonomi bagi kehidupan sendiri dan keluarga. Tahap sukses, bisnisnya dapat memberikan manfaat ekonomi bagi diri, keluarga dan manfaat social complex bagi masyarakat dusun hingga desa.

Tahap signifikan adalah gabungan antara dua tahapan sebelumnya ditambah bertambahnya kapasitas usaha hingga bisa go nasional dan menduplikasi diri di daerah lain.

Maka demi keberlanjutan usaha masyarakat, di kampung wisata desa Gedangan dibangunlah jalur sutera guna menggiatkan ekonomi lokal yang dibagi dalam dua cluster yaitu makanan dan kerajinan tangan. Produk makanan olahan tradisional maupun modifikasi, baik berbahan baku asli hasil alam desa Gedangan maupun desa tetangga.

Makanan sejenis gemblong, lenteng, kerak nasi/rengginang yang keberadaannya mulai langka di daftar menu masyarakat kota hingga brownies dan keripik berbahan tela maupun tempe bisa dibeli menjadi buah tangan. Desa Gedangan juga memiliki histori unik, berbagai nama-nama buah melekat pada teritori ini semisal dusun karang-nangka (jarang pohon nangka), gedang-an (pisang), secara alami tumbuh pohon-pohon duku yang berbuah sekali dalam setahun.

Menandakan dulu di kawasan ini kaya khasanah buah dan berpeluang menjadi kampung wisata buah di masa depan. Oleh sebab itu orientasi socioentrepreneurship di kawasan ini juga diarahkan untuk konservasi flora tanaman buah asli atau domestik. Belum ada konsep yang detail tentang konservasi bibit tanaman buah maupun sayur, masih butuh pengkajian dan pelibatan stakeholder demi realisasi proyek sospren biologi tersebut.

Produk kerajinan tangan desa Gedangan juga tak kalah unik, mulai dari kreativitas kerajinan tangan dari kain perca, kayu, dan bambu. Belum banyak kajian secara khusus produk kerajinan tangan dari desa Gedangan namun sebagai bagian program meningkatkan skala usaha masyarakat dalam aspek penguatan permodalan, membuat jejaring komunikasi lintas usaha lintas dusun, workshop keuangan usaha, strategi branding dan marketing.

Sospren tak melulu single fighter seorang relawan dengan keterbatasan, namun bisa melibatkan gerakan kerelawanan berbasis kompetensi yang dibutuhkan.

Gerakan masyarakat untuk memanfaatkan lahan kosong maupun lahan tidur dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sereh wangi dan nilam. Upaya ini dimaksudkan untuk meningkatkan karya dan pendapatan ekonomi secara kolektif, meningkatkan pergaulan sosial antaranggota masyarakat, meningkatkan nilai guna lahan, serta mewujudkan destinasi kajian wisata edukasi baik ekologi, agronomi maupun ilmu sosial.

Gerakan mbangun Ndeso merupakan membangun kembali desa sebagai hulu pembangunan masyarakat sehingga lini strategis semisal pertanian dan maritim, lini sektor riil baik jasa maupun produksi di daerah pemukiman terpencil dan terluar, pemukiman tengah hutan, masyarakat perbatasan dan masyarakat pesisir bisa  dikelola secara sistemik.

Penggalian jalur sutera ekonomi dalam konsep kampung wisata adalah memperjalankan para wisatawan untuk secara kreatif terlibat dalam pembelajaran maupun perniagaan. Konsep pembelajaran, para wisatawan bisa diajak mengikuti workshop produksi olahan makanan maupun kerajinan tangan mulai dari produksi hingga pemasaran.

Sedangkan pada konsep perniagaan, pada usaha lintas dusun membuka kesempatan untuk kemitraan usaha maupun jual beli putus produk. Para wisatawan domestik maupun mancanegara bisa menjadi mitra pasar dalam mengelola peluang bisnis. Ayo Mbangun Desa, Nata Kutha

Sumber: http://www.reportactual.com/2017/10/18/tiga-desa-tiga-cinta-perjalanan-sospreneurship-seorang-santri-ndeso/